Akhir-akhir
ini Indonesia di warnai dengan aksi tegang khususnya di Jakarta. Hal ini
disebabkan oleh berita hangat mengenai tentang Bapak Ahok. Saya pribadi
sebenarnya enggan berkomentar tentang apa yang terjadi saat ini. Tapi Dosen
saya berkata “Sebagai generasi muda kamu
harus bersifat kritis, kamu generasi muda harus membuat masa depan bangsa lebih
baik, jangan sampai sikap acuhmu
membiarkan orang-orang tinggi disana menguasai jalannya pemerintahan Negara
dengan mementingkan kepribadian perindividu. Nasib kalian tergantung pada orang
diatas saat ini (pemerintahan) kalau kamu sebagai generasi muda hanya diam
bersikap acuh seperti ini, akan jadi apa bangsa ini untuk kedepannya.”
Mendengar
perkataan dosen tersebut, timbul beberapa opini di dalam pikiran saya. Dan kali
ini akan saya coba menuangkan apa yang ada di benak saya melalui tulisan ini.
SAYA TIDAK PEDULI orang nanti mau berpendapat apa atau menilai saya seperti apa
tentang komentar saya ini. Yang jelas ini hanya openi saya, yang muncul dari
pemikiran saya sendiri. Terlepas kurang dan lebihnya SAYA MOHON MAAF.
Seperti
yang kita ketahui, Indonesia adalah Negara kesatuan. Di dalam pancasilapun
sudah terdapat cita-cita dan harapan rakyat Indonesia. Pada sila pertama di
jelaskan bahwa Negara Indonesia adalah Negara yang sangat mengutamakan atau menghormati
tentang agama. Orang Indonesia wajib memiliki agama itu sebabnya orang Ateis
tidak ada di Indonesia.
Permasalahannya sekarang kenapa orang-orang mukmin di
Indonesia ini bertindak egois. Padahal sudah di jelaskan di dalam Undang-Undang
Dasar pada pasal 28 E ayat 1, 2 dan pasal 29 ayat 1, 2.
Disana
sudah di jelaskan bahwa setiap orang bebas memeluk agama yang mereka yakini dan
Negara pun menjamin tentang keamanan seseorang dalam memeluk agamanya masing-masing.
Tapi yang terjadi saat ini, bisa kita lihat sendiri. Kita sebagai orang mukmin
menghakimi mereka yang beragama lain. permasalahannya karna di waktu yang lalu
Bapak Ahok menistakan agama Islam. Karna hal ini orang-orang mukmin marah dan
menuntut keadilan. Dalam konteks ini yang ingin saya pertanyakan. “Keadilan
seperti apa yang ingin kita dapatkan?”
Sebelumnya SAYA MOHON MAAF yang
sebesar-besarnya jika pendapat saya ini salah. Saya sadar, saya hanyalah rakyat
kecil yang tidak tahu apa-apa tentang apa yang terjadi disana. Tentang dunia
politik atau pemerintahan di Negeri ini. Namun yang saya ketahui adalah bahwa
saya pemuda Indonesia, yang berbangsa Indonesia dan lahir di Indonesia. Oleh
karena itu saya ingin menyampaikan atau mengeluarkan pendapat saya pribadi
melalui tulisan ini.
1. Kita
hidup di suatu Negara kesatuan yang memiliki beragam suku, budaya dan tak luput
juga dari segi agama. Lalu yang ingin saya sesalkan kenapa orang mukmin
bersikap begitu egois hingga menghakimi seseorang dengan sedemikian rupanya.
Saya disini berfikir rasional saja, bahwasanya kita tidak hidup di Negara
Islam. Kita adalah kesatuan NKRI atas dasar pancasila itu sendiri. Lalu kenapa
kita beranggapan bahwa Negara ini adalah Negara Islam, dan agama Islam lah yang
harus di utamakan. Sebagai Negara kesatuan agama yang lain juga memiliki hak
akan keberadaan mereka di Indonesia ini, lalu kenapa kita bertindak seakan ini
paling berkuasa?
Saya
menyadari bahwa agama Islam di Indonesia menjadi agama mayoritas, tapi bukan berarti
kita bisa bertindak seenaknya sendiri tanpa memikirkan terlebih dahulu dampak
dari apa yang kita lakukan. Di dalam dunia pendidikan yang selama ini saya
tempuh, para guru selalu mengajarkan kepada saya bahwa Islam adalah agama yang
cinta damai, penuh kasih sayang, toleran, penyelamat, dll. Tapi apa yang kita
lakukan pada tanggal 4 November kemarin bisa saya katakana sebuah coretan merah
terhadap agama Islam itu sendiri.
Sekarang
coba pikir, setelah kejadian aksi demo yang begitu luar biasa. Apa orang Non Muslim
akan bersikap respect terhadap agama Islam setelah ke aroganan yang kita
tunjukkan. Apakah mereka Non Muslim akan berpendapat bahwa kita ummat yang
cinta damai, penuh kasih sayang? Setelah apa yang kita lakukan? Dan masih
banyak pertanyaan lain yang mereka pertanyakan di dalam hati para Non Muslim.
Karna jujur saja, teman-teman di sekeliling saya yang Non Muslim mulai bersikat
rasis terhadap orang Islam. kejadian 4 November yang lalu seakan menjadi
doktrin bagi mereka, merusak pandangan mereka yang Non Muslim terhadap Islam.
2. Di
dalam konteks ini saya tidak membela mereka Non Muslim atau membenarkan tentang
berita mengenai Bapak Ahok. Saya disini hanya mencoba bersikap rasional saja
dengan memegang teguh asas dasar pencasila sebagai pendangan hidup bangsa
Indonesia. SAYA MOHON maaf kepada kepada orang mukmin. Disini saya bukan tidak
mau membela agama saya, yang katanya telah di nistakan oleh orang Non Muslim.
Allah memberikan kita akal supaya kita mau berfikir dan yang saat ini kalian
baca adalah hasil dari buah pemikiran saya.
Di
dalam ruangan kecil saya memantau perkembangan berita melalui televisi.
Terbesit tanya di dalam pikiran saya. Sebenarnya ini berdemo atas asas
ketuhanan apa atas dasar politik. Seperti yang kita tahu, bahwa Bapak Ahok
mengalahkan para musuhnya di karenakan Bapak Ahok disegani banyak orang karena
kepemimpinannya. Bisa jadi moment inilah moment terbaik yang di dapatkan oleh
para pesaing Bapak Ahok di dalam dunia politik untuk menjatuhkan Bapak Ahok.
Satu
implementasi yang sangat menonjol dalam aksi demo beberapa hari yang lalu
adalah mengenai agama Bapak Ahok yang Non Muslim. Mereka para pendemo
menyuarakan bahwa bahwa Bapak Ahok tidak pantas menjadi pemimpin karena beliau
adalah Non Muslim. Hal ini menjadi tanda tanya bagi saya pribadi, sebenarnya
aksi demo yang lalu itu menuntut keadilan tentang agama yang dirasa di nistakan
atau hanya sebagai ajang kambing hitam? Jika memang tuntutan aksi demo yang
lalu untuk meruntuhkan kepemimpinan Bapak Ahok karena agama beliau lalu kenapa
keberadaan Bapak Ahok dalam kepemimpinannya baru di pertanyakan setelah ada
peristiwa penistaan agama.
Pikirkan
ini! Sebelum adanya pemberitaan mengenai Bapak Ahok yang menistakan agama Islam,
apakah kita mempermasalahkan agama beliau? Dan ketika Bapak Ahok mencalonkan
diri sebagai Gubernur di Jakarta, apakah pemerintah melarang Bapak Ahok
mencalonkan diri karena agamanya? Kan tidak, Bapak Ahok ikut bersaing hingga
akhirnya beliau menang itu karena rakyat yang memilihnya, namun setelah
peristiwa yang sedang panas saat ini, kita mempertanyakan tentang agama Bapak
Ahok? Setelah kerja keras beliau untuk kita, terutamanya bagi mereka yang ada
di Jakarta. Yang perlu di garis bawahi, bahwa pemerintah pun tidak melarang
Bapak Ahok mencalonkan diri dalam pemilihan gubernur (PILGUB) karena Presiden
pun sadar bahwa Indonesia ini bukanlah Negara Islam, kita hidup di Indonesia
atas asas Pancasila yang berketuhanan, lalu hal apa yang harus di permasalahkan?
Tentulah di balik peristiwa 4 November kemarin menjadi tanda tanya yang harus
kita pikirkan. Jika kalian bertanya bagaimana perasaan saya ketika mengetahui
berita mengenai penistaan agama tersebut. Jujur saya marah, namun di balik itu
semua saya mencoba menenangkan diri saya. Karna saya tahu amarah itu adalah
sifat yang di taburkan oleh setan ke dalam hati seseorang, dan saya percaya
Allah lebih tahu atas segalanya yang belum kita ketahui sebagai hamba-Nya.
3.
Mengutip dari perkataan Presiden ke-4, almarhum
KH Abdurrahman Wahid, yang biasa kita kenal dengan panggilan Gus Dur. Beliau
pernah berkata, “Tidak penting apapun agama atau
suku mu, kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang baik bagi orang lain, orang
tidak akan bertanya apa agama mu.”
Perkataan
inilah yang seharusnya kita pegang saat ini. Ketika kita bisa melakukan suatu
kebaikkan kepada orang lain, orang tidak akan bertanya apa agama mu? Dari mana
kamu berasal? Apa suku mu? Pernakah ketika kamu berbuat baik kepada orang lain,
orang tersebut akan bertanya demikian kepada mu? Saya rasa tidak. Orang yang
Anda bantu hanya akan mengucapkan terima kasih seraya tersenyum karna Tuhan
masih menyediakan orang baik di dunia ini ketika dominan orang hanya bersikap
acuh dan egois dengan dunia mereka sendiri.
Allah
memberikan kita akal supaya kita mau berfikir, dan Allah memberikan kita mata
agar kita mampu melihat, menerawang jauh sampai dimana batas mampu kita dapat
melihat. Sama halnya dengan kasus yang sedang booming saat ini. Ketika orang Muslim
menjudge Bapak Ahok atas kasusnya penistaan agama. kita sebagai umat Islam
harusnya melihat masalah ini dengan
seksama jangan hanya dari segi satu sudut pandang saja. Seharusnya kita lebih
pintar dalam menanggapi hal seperti ini, karna kita orang Muslim. Orang Muslim
di kenal sebagai orang yang hebat, tapi kenapa kita mau di bodohi dengan
hal-hal yang justru malah menghancurkan persaudaraan atau bahkan image jati
diri Islam itu sendiri.
Sekarang
banyak orang menentang keberadaan Bapak Ahok sebagai pemimpin di karenakan
beliau beragama Non Muslim. Pertanyaan saya, kenapa hal ini baru di
permasalahkan sekarang setelah terjadi peristiwa penistaan agama saat ini?
Kenapa dulu agama beliau (Bapak Ahok) tidak menjadi masalah ketika beliau
mencalonkan diri sebagai Gubernur. Banyak yang ingin Bapak Ahok lengser, karna
sesuai dengan surat Al-Maidah ayat 51 yang berbunyi, “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah
kamu menjadikan orang Yahudi dan Nasrani sebagai teman setia(mu), mereka satu
sama lain saling melindungi. Barang siapa di antara kamu yang menjadikan teman
setia, maka sesungguhnya dia termasuk golongan mereka. Sungguh, Allah tidak
memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.”
Dari ayat tersebut, memang menjelaskan bahwa
kita dilarang untuk mengangkat orang Non Muslim sebagai pemimpin. Jika kalian
setuju dengan hal tersebut. Coba kalian pikirkan hal ini.
a. Bagaimana bisa
kita melarang orang Non Muslim untuk menjadi seorang pemimpin sedangkan jika
kita hidup di Indonesia yang berpegang pada asas Pancasila, bahwasanya
Indonesia adalah Negara yang berkesatuan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Negara
Indonesia adalah bangsa yang di dalamnya terdiri dari berbagai macam budaya,
suku, daerah dan agama. Lalu bagaimana kita bisa melarang mereka yang Non
Muslim untuk menjadi seorang pemimpin? Dalam Undang-Undang pun juga sudah di
jelaskan bahwa setiap warga Negara Indonesia memiliki hak dan kewajiban
masing-masing. Lalu apa yang harus kita pertanyakan? Setiap orang memiliki hak,
setiap orang memiliki kebebasan untuk mengeksplore jati diri mereka. jadi
sebagai rakyat yang baik, mohon sekiranya jangan bersikap rasis yang
mengutamakan kepentingan diri sendiri. Ingat! Negara ini bukan Negara Islam, tetapi Negara kesatuan yang semboyannya ada
pada “Bhenka
Tunggal Ika” kalau sekiranya kepemimpinan Bapak Ahok terhambat karena
agamanya. Saya usul, bagaimana kalau kita #IslamkanAhok biar
masalah clear, jadi kita tidak perlu harus saling berselisih antarsesama rakyat
Indonesia (hahahaha)
b.
Jangan merasa
paling benar! Dalam konteks ini, bukannya saya menyalahkan atau membela
sepihak. Namun terkadang kita sebagai orang Muslim merasa bahwa agama kita yang
paling benar. Untuk hal ini SAYA MOHON MAAF jika saya salah. Saya tahu agama
Islam adalah agama terakhir dan kitab Al-Qur’an sebagai penyempurnaan dari
kita-kitab sebelumnya. Tapi bukan hal itu yang ingin saya bahas. Saya ingin
mengajak anda untuk berfikir, coba kita analogikan bersama. Disaat kita
beranggapan bahwa Islam adalah agama yang paling benar. Dan Al-Qur’an adalah
kitab yang di turunkan oleh Allah. Jika hal ini yang dirasa paling benar dan
kita sebagai ummat menyalahkan yang lain. coba pikirkan ini. Saya ambil contoh
orang Nasrani. Buka pikiran kalian dan pikirkan ini, mereka juga memiliki
agama, dan mereka juga memiliki kitab, yaitu kita Injil. Bukankah kitab injil
juga diturunkan Allah melalui Nabi Musa. Secara tidak langsung Kristen juga
agama Allah. Apakah kita para Muslimin akan menyangkal hal tersebut? Kalau kita
berpendapat agama mereka salah? Lalu bagaimana dengan Islam? kita memiliki
kesamaan, yaitu sama-sama agama Allah dan kitabnya pun di turunkan dari Allah.
Yang membedakan hanya masanya, dan menurut pengetahuan yang sudah saya dapatkan
di bangku sekolah bahwa agama Islam adalah agama terakhir yang di turunkan
Allah sebagai penyempurna dari segala kitaB yang telah di turunkan Allah.
Selain Injil juga ada kitab Allah seperti kita Zabur, Kitab Taurat, apa kita
akan beranggapan bahwa kitab tersebut salah? Itu juga dari Allah? Jika kita
melakukan itu, saya rasa betapa egoisnya kita sebagai ummat.
Disini saya
tidak berbicara mengenai mana yang paling benar dan mana yang paling salah.
Dalam konteks ini semua orang akan merasa paling benar atas agama yang mereka
yakini. Seperti kita meyakini agama Islam, kita akan beranggapan bahwa agama
Islam lah yang paling benar dan begitu pula dengan mereka yang meyakini
agamanya selain kita. Lalu apakah kita akan merusak keyakinan mereka? atau
memaksa mereka untuk masuk Islam? Maaf, saya rasa orang Islam sejati tidak akan
sejahat itu. Memang sulit untuk di selesaikan ketika saling beranggapan bahwa
kitalah yang merasa paling benar, solusinya yaitu dengan kita saling menghargai
satu sama lain, menjalani kehidupan dengan rukun agar terciptanya kesejahteraan
membuat Indonesia ini lebih indah. Di dunia kita hidup untuk bersama, namun
ketika kita meninggal kita akan memiliki jalan kita sendiri nantinya. Oleh
karena itu jangan permasalahkan tentang apa agama kita, apapun yang kita
yakini, biarlah itu menjadi suatu rahasia kita dengan Tuhan kita.
Setiap orang
yang beragama akan merasa bahwa agama merekalah yang paling benar, karena
mereka telah meyakini itu benar. Lalu apa hak kita untuk memutuskan keyakinan
itu. Saya sangat setuju dengan Bapak Gus Dur, bahwa seseorang tidak akan
bertanya apa agama mu ketika kita dapat berbuat baik kepada orang lain. setiap
agama sama-sama diajakarkan tentang kebajikan, memiliki nilai unsur kebaikkan
dan memuliakan Tuhan sesuai keyakinan mereka. Lalu hal apa yang harus di
permasalahkan. Tidak penting apa agama mu, yang terpenting apakah hidupmu dapat
berguna untuk orang lain? karena Tuhan mu menciptakan mu ke dunia ini bukan
hanya untuk sekedar hidup, melainkan bagaimana kita bisa menjalin hubungan yang
baik antarsesama, saling tenggang rasa, untuk Indonesia menjadi lebih baik.
Sebenarnya
permusuhan ataupun perpecahan dalam suatu lingkungan hidup itu adalah disaat di
setiap individu atau kelompok merasa bahwa merekalah yang paling benar,
sehingga muncul pertikaian yang pada akhirnya menghancurkan tali persaudaraan.
Jika kita mau menengok ke belakang, ketika bangsa Indonesia di jajah oleh para
penjajah. Rakyat Indonesia bersatu untuk mengusir para penjajah dari Indonesia.
Apakah saat itu mereka menanyakan “apa agamamu?” bukan itu yang mereka pikirkan,
tapi yang mereka berpikir bagaiamana mereka bisa mengusir penjajah untuk hidup
yang lebih baik dan sejahtera bersama tanpa ada penderitaan yang harus
dirasakan satu sama lainnya. Itu point utama sebagai bangsa yang hidup di dalam
kedaulatan Pancasila. Dan kalau kita
mau berfikir lagi, bukankah banyak peristiwa-peristiwa pengeboman yang
dilakukan orang muslim atas dasar jihad yang mereka yakini. Coba kalian pikir,
kalau orang-orang Non Muslim mau mungkin mereka akan melakukan demo pula ke
pemerintah untuk meminta hak mereka, tentang rasa aman dalam menjalani agama
yang mereka yakini. Tapi kita lihat? Mereka tidak melakukan itu? Lalu ada apa
dengan kita? Silakan anda renungkan itu sendiri.
c. Ketika kita
sebagai orang muslim mempermasalahkan kepemimpinan Bapak Ahok karna agamanya
bukan karna keberhasilannya sebagai pemimpin. Itu menurut saya adalah penilaian
yang sangat tidak masuk akal. Coba kalian lihat dengan hati nurani kita. Para
pemimpin yang notabennya Islam malah melakukan korupsi, menghabiskan uang
rakyat, sedangkan sisi yang lain ada pemimpin yang jujur, bijaksana, kerja
nyata bukan hanya bicara besar, tapi beliau Non Muslim apa kita akan membuang
orang itu? Saya rasa kalau logika kita masih ada di dalam kepala kita, pastinya
kita akan memilih orang yang Non Muslim dengan memberikan bukti nyata untuk
kesejahteraan rakyat bukan hanya memberi janji palsu yang pada akhirnya
menderitakan rakyat.
Sebelum peristiwa penistaan agama yang di alami Bapak Ahok, orang-orang muslim yang ada di Jakarta sangat antusias terhadap kepemimpinan Bapak Ahok. Hal itu dikarenakan Bapak Ahok memberikan bukti nyata dan menjalankan amanahnya sebagai pemimpin. Mereka percaya kepada Bapak Ahok yang dari kalangan Non Muslim karena di jaman sekarang ini orang muslim itu sendiri banyak yang tidak mencerminkan perilaku layaknya seorang muslim. Saya mendapat cerita dari dosen saya yang baru saja pulang dari luar negeri, bahwasanya orang-orang di luar sana dari segi kedisplinan dan kebersihan sangat terjaga. Mereka saling tenggang rasa satu sama lain, dan mereka yang melakukan itu adalah Non Muslim. Ketika dosen saya membandingkan dengan rakyat Indonesia yang notabennya adalah orang Muslim, justru mereka bersikap layaknya mereka bukan seorang Muslim. Ini yang menjadi tanda tanya besar. Oleh karna itu kita jangan hanya menilai seseorang dari segi agamanya saja karna di jaman sekarang banyak agama yang hanya tertera di KTP nya saja, tapi dari segi sikap, mereka tidak menunjukkan hal itu.
d. Jika aksi demo
4 November kemarin bertujuan untuk menjatuhkan kepemimpinan atau repotasi Bapak
Ahok di karenakan karena beliau orang Non Muslim. Perlu di sadari, dalam
konteks ini Bapak Ahok hanya menjalani amanahnya sebagai pemimpin dalam suatu
pemerintahan. Beliau bekerja demi kepentingan kesejahteraan rakyat. Sekarang
kita lihat, apa di dalam setiap pidato Bapak Ahok pernah mengatakan, “Orang muslim harus masuk agama nasrani,
orang Muslim harus tunduk sama orang Nasrani.” Pernakah kita mendengar
seperti itu, kan tidak. Beliau hanya bekerja untuk rakyat dan untuk keluarga
yang beliau sayangi di rumahnya. Lalu dalam hal ini apa yang harus di
permasalahkan?
Kita sebagai orang
Muslim harus cerdas, kita memiliki banyak cara pandang di dalam Islam. saya
berikan contoh seperti ini.
Di dalam Islam, kita membaca Al-Qur’an akan mendapat pahala dari Allah. Namun ketika seorang perempuan yang sedang datang bulan dan dia membaca Al-Qur’an itu malah di harapkan. Sekarang amati contoh diatas? Bagaimana bisa membaca Al-Qur’an yang awalnya kita bisa mendapat pahal namun akan bersifat haram ketika seorang perempuan yang membaca Al-Qur’an dalam keadaan datang. Begitu juga dengan kasus Bapak Ahok, kita jangan hanya melihat suatu peristiwa atau masalah dari satu sumber saja namun sumber yang lain juga. Bukankah Islam itu kaya dengan ilmu, kita memiliki banyak sumber sebagai acuhan hidup kita, oleh karena mari kita menjadi manusia yang lebih cerdas yang tidak mudah untuk di bodohi. Kita harus bisa melihat suatu masalah itu dengan konteks yang jelas dan jeli, terutama kita sebagai generasi muda, kita harus memiliki integrasi tinggi agar kita tidak hanya mengikuti pendapat orang lain, tapi kita harus berani menyuarakan apa yang ada di dalam hati dan pikiran kita seperti yang kalian baca saat ini, ini adalah suara pikiran saya.
Di dalam Islam, kita membaca Al-Qur’an akan mendapat pahala dari Allah. Namun ketika seorang perempuan yang sedang datang bulan dan dia membaca Al-Qur’an itu malah di harapkan. Sekarang amati contoh diatas? Bagaimana bisa membaca Al-Qur’an yang awalnya kita bisa mendapat pahal namun akan bersifat haram ketika seorang perempuan yang membaca Al-Qur’an dalam keadaan datang. Begitu juga dengan kasus Bapak Ahok, kita jangan hanya melihat suatu peristiwa atau masalah dari satu sumber saja namun sumber yang lain juga. Bukankah Islam itu kaya dengan ilmu, kita memiliki banyak sumber sebagai acuhan hidup kita, oleh karena mari kita menjadi manusia yang lebih cerdas yang tidak mudah untuk di bodohi. Kita harus bisa melihat suatu masalah itu dengan konteks yang jelas dan jeli, terutama kita sebagai generasi muda, kita harus memiliki integrasi tinggi agar kita tidak hanya mengikuti pendapat orang lain, tapi kita harus berani menyuarakan apa yang ada di dalam hati dan pikiran kita seperti yang kalian baca saat ini, ini adalah suara pikiran saya.
Cukup sekian catatan dari
saya. Sekali lagi SAYA MOHON MAAF apa bila ada hal-hal yang kurang benar atau
menyinggung pihak lain. disini BUKANNYA SOK TAHU. Disini saya hanya menulis
tentang opini saya. Mengapresiasikan pendapat saya melalui tulisan ini. Kurang
lebihnya MOHON MAAF karena saya bukan ahlinya, harap di maklumi apabila ada hal
yang salah – TERIMA KASIH.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar