Jumat, 27 Maret 2015

Hatiku Tertuju Padamu




























Sinopsis:
Elsa adalah seorang cewek yang berpenampilan feminim namun berubah menjadi anak yang tomboy. Kehidupannya berubah drastis yang awalnya bersikap lemah lembut kini menjelma menjadi sosok cewek yang bisa dikatakan cewek setengah cowok. Dia merubah dirinya menjadi sesosok cewek yang tomboy dikarenakan depresi karna selalu tersakiti oleh cowok. Oleh karna itu dia memutuskan untuk menutup hati bagi seorang cowok yang mendekatinya dan dia membuat janji bahwa dia tidak akan pernah jatuh cinta lagi. Namun semua aturan yang telah dibuatnya perlahan runtuh seakan seperti bekuan es yang mencair ketika terkena sinar matahari. Kehadiran sosok cowok sederhana mampu mengubah hidupnya. Siapakah sosok cowok tersebut? Dan apa yang dia lakukan sehingga mampu merubah kehidupan Elsa? Penasaran? Silakan baca cerita ini sampai akhir. Selamat membaca~

 Perlahan  namun pasti ku langkahkan kakiku, semakin cepat dan cepat menuju kearah sebuah pemandangan yang membuat ku merasa gerah.
“oh!! jadi selama ini yang kamu lakuin di belakang ku, alasannya gak bisa jemput karna ada acara keluarga tapi nyatakan kamu malah asyik-asyikkan bersama cewek lain,” amarah Elsa meluap.

“heii.. sayang!! Kamu ini apa-apaan sih, tiba-tiba datang kok langsung marah-marah gak jelas gitu.”
“owhh!! Masih kurang jelas ya? Emang kamu pikir aku ini buta apa, setelah apa yang aku lihat di depan mata kepala ku sendiri.”
“heii.. kamu tenang ya, kamu dengerin penjelasan aku dulu.”
“kamu mau jelasin apa lagi? Semua yang aku lihat ini sudah cukup jelas untuk menjelaskan semuanya. Aku emang bodoh, bodoh banget karna sebegitu percayanya aku sama kamu, seharusnya aku dengerin apa yang mereka katakan tentang kamu, kamu itu emang brengsek!! Mulai saat ini kita putus!!!.”
“owh!! Jadi kamu mau putus, oke dengan senang hati aku menerimanya, emang kamu pikir aku bahagia apa punya pacar seperti kamu.” Elsa menatap lirih…
“dengerin baik-baik ya, aku itu gak pernah cinta sama kamu, selama ini aku jalani hubungan ini hanya karna aku kasian sama kamu, kamu tau itu.”

Perasaan Elsa kacau… hatinya seakan hancur berkeping-keping mendengar perkataan dari orang yang dia cintainya. Dia tidak pernanh menyangka bahwa orang yang selama ini di sayangi dan dia banggakan bisa menyakitinya sampai sehancur ini.
Elsa terus berlari dan berlari sekuat dan semampunya berusaha berada jauh dari orang yang telah membuatnya kecewa. Dengan deraian air mata dia terus berlari dan berlari menjauh.
mentari seakan menemaninya berlari, hangat sengatan cahayanya tak mampu mencairkan hati yang sedang terluka.

Sesampainya dirumah, Elsa hanya bisa terus menangis meratapi kisah cinta yang begitu menyakitkan baginya. Dengan mengambil sebuah buku diary nya dia menuliskan semua apa yang sedang dia rasakan. Berharap hal itu akan mengurangi beban yang ada di dadanya.

“Cinta? Apa yang kalian pikirkan tentang cinta? Kata orang cinta itu indah tapi apa nyatanya, cinta
hanya membuat ku luka dalam setiap waktunya hanya air mata yang menjadi saksi bisunya. Cinta itu omong kosong, cinta itu hanya buaian kata yang hanya manis di awalnya saja dan pada akhirnya ketika mereka merasa bosan kita akan di campakkan begitu saja seperti tidak ada harganya. Aku tidak percaya cinta, cinta hanya membuat seseorang luka. Cinta itu bedebah sebuah filofi tak bermakna, aku tak percaya cinta dan aku benci untuk jatuh cinta………”

Sejak saat itu kehidupan Elsa perlahan-lahan mulai menampakkan perubahan, terutama pada penampilan. Yang dulunya feminim sekarang menjelma sebagai gadis yang tomboy. Dari perubahan tersebut banyak temannya yang merasa kebingungan akan sikap dan perubahan yang terjadi pada Elsa.

“Krinngggg…… “ suara bel sekolah menandakan jam istirahat. Nampak dua remaja yang sedang asyik mengobrol sambil melangkahkan kaki menuju kantin untuk sekedar mengisi perut yang kosong.

“eh.. sa? Akhir-akhir ini kalo tak perhatiin kok ada yang beda ya dari kamu,” ujar Dina seraya memperhatikan temannya itu secara detail.
“gak juga, biasa aja tuh. Emangnya kenapa?” Tanya Elsa bingung.
“iya gak, Cuma kamu beda gitu dari Elsa yang dulu. Gini ya sebelum kamu putus sama si David kamu itu orangnya feminim, rambutnya rapi pokoknya kelihatan kalem gitu deh, lah sekarang kamu lihat diri kamu sediri. Udah penampilan kayak cowok, sikapmu judes, di tambah pakek topi segala lagi kayak anak cowok tau gak kamu, hahaha.” Dina tertawa geli.
“terus masalah gitu buat lo???” ujar Elsa jutek.
“masalah buat aku sih gak tapi masalah buat kamu seperti nya iya,” lanjut Dina.
“Loh? Masalahnya kok ke aku, emang masaalahnya apa coba?” Elsa mengkerutkan keningnya.
“gini ya sa, kalo penampilan mu kayak gini mana ada cowok yang mau sama kamu. Ogah-ogahan mau deketin, mau nyamperin aja mungkin mereka takut, hahaha.” Ejek Dina.
“bodo amet, aku gak peduli dengan semua itu. Entah mereka mau apa tidak itu terserah mereka aku gak peduli.”
“kok gitu! Kenapa?” Dina keheranan.
“karna aku gak mau pacaran lagi, udah itu aja jawabannya, simple kan.”
“serius kamu?”
“apa dimata ku kamu melihat aku sedang bercanda?”
“yah, bukannya seperti itu maksudnya tapikan tidak ada salahnya untuk membuka lembaran baru. Membuka hati yang baru untuk memberikan warna yang baru gitu.”
“sudalah din, aku capek. Aku udah janji kalo aku gak akan pacaran lagi aku muak untuk jatuh cinta. Karna cinta itu hanya bisa memberikan luka.” Jelas Elsa.
“aku ngerti kamu masih sakit hati sama David, tapi gak baik lo berkata seperti itu, aku yakin suatu saat nanti kamu akan temukan seseorang yang bisa buat kamu bahagia,” ujar Dina mencoba menghibur temannya yang sedang galau.
“hahaha, cinta yang seperti itu hanya aka ada dalam cerita legenda atau dongeng semata din, hahaha.” Elsa tertawa lepas.
“yasudah kalo tak percaya, lihat aja nanti.” Dina menggerutu.
“udah yuk kita balik ke kelas, sepertinya sebentar lagi udah bel jam masuk kelas,” ajak Elsa, Dina hanya menganggukkan kepala sambil melangkah kan kaki menuju kelas.

“Din? Nanti pelajarannya siapa?” Tanya Elsa.
“pelajarannya Bu Susy.”
“yak ampun guru itu,” Elsa tidak bersemangat.
“kenapa? Ada masalah?” Dina keheranan.
“ya masalah lah hari ini itu aku belum ngerjain tugas Bu susy.”
“lah.. kenapa belum ngerjain coba?”
“aku lupa, hehehe.”
“yaitu masalah mu, hahaha.” Dina mengejek.
“kurang ngajar!!! Dasar teman tidak berperi kemanusiaan,” ketus Elsa.

Karna keasyikkan ngobrol dan tidak memperhatikan jalan tanpa di sengaja Elsa menabrak seorang cowok yang sedang berjalan di depannya.

“Brruuukk!!” buku jatuh berceceran di lantai.
“eh!! Maaf aku aku gak sengaja,” Elsa kaget.
“iya, tidak apa-apak kok,” ujar cowok tersebut dengan lembut, seraya membereskan buku yang berhamburan di lantai.
“sini biar aku bantu,” Elsa menawarkan bantuan.
*sesaat kemudian buku sudah tertata rapi dalam genggaman cowok tersebut.
“makasi ya sudah dibantu,” ujar cowok itu dengan sedikit senyuman.
“tidak perlu berterima kasih, kan semua ini salah ku.”
 mereka berlalu begitu saja tanpa ada suatu perkenalan diantara mereka….

Hari kembali senja, sang mentari  mulai menampakkan sinarnya dari ufuk timur.
lambat laun cahaya itu mulai menembus dinding candela kaca kamar Elsa, seakan memaksanya untuk bangun dari lelap tidurnya.

“Ggrrrrrr….. Ggrrrr..” suara ponsel Elsa bergetar.
“hallo?” jawab Elsa dengan mata masih tertutup.
“bangun woii tukang tidur!!! Sudah jam berapa ini,” teriak Dina.
“iya-iya, ini sudah bangun bawelll!!!.”

Dengan mata masih setengan terbuka, Elsa perlahan mulai bangun dari tempat tidurnya dan bergegas berkemas diri untuk kesekolah sebelum teman baiknya itu menceramahinya lagi.

*Setibanya di sekolah.

“untung saja aku tidak telat,” Elsa manarik nafas lega.
suara hentakkan langkah kaki bersautan di lantai. Seketika langkah kaki Elsa terhenti, pandangannya tertuju pada satu cowok yang tidak asing baginya.
“sepertinya aku pernah melihatnya?” gemerutu Elsa dalam hati.

“Haii… selamat pagi,” sapa Elsa.
“Heii.. selamat pagi juga,” jawab cowok itu kaget karna kehadiran Elsa yang secara tiba-tiba.
“baru datang juga?”
“hmm.. iya,” jawabnya gugup.
“oia, waktu itu kita belum kenalan, kenalin aku Dina anak XI Boga,” ujar Dina seraya menyalurkan tangannya sebagai tanda perkenalan.
“aku Reno anak XI Pariwisata.”
“ow… anak pariwisata toh!!!”
“iya, kamu anak Boga ya? Pasti jago masak,” Tanya Reno yang membuat Elsa tertawa lepas.
“hahaha, aku gak bisa masak,” jawab Elsa merendah.
“gak percaya aku pasti kamu jago masak, boleh dong suatu saat nanti kamu masakin buat aku,” goda Reno.
“hahaha,” Elsa hanya bisa tertawa lebar mendengar perkataan Reno.
Sejak saat itulah persahabatan mereka mulai terjalin. Dengan terus berjalannya waktu persahabatan mereka semakin dekat, banyak waktu mereka habiskan bersama entah itu hanya sekedar main atau sekedar bercerita.

*Jam istirahat sekolah.

“Haii Reno!!” sapa Elsa secara tiba-tiba.
“hm.. dasar kamu itu ya sa!! Bisa gak kalo kamu datang itu secara normal gitu jangan kayak hantu yang tiba-tiba nongol dong,” ketus Reno.
“hehe, maaf deh kalo itu membuat mu kaget,” ujar Elsa dengan manja.
 “eh ren! Kamu lagi apa? Kayaknya asyik banget.”
“lagi baca buku aja.”
“ciee rajin bener baca buku,” ejek Elsa.
“haha, biasa aja kok Cuma ini lagi baca-baca buat cari refrensi kalo nanti aku buat buku juga.”
“loh!! Kamu suka nulis ?”
“iya, emang kenapa?”
“tidak apa, Cuma kita memiliki hobby yang sama.”
“benerkah? Wow!! Boleh dong kita next time keluar bareng buat diskusi bareng.”
“ide bagus, boleh juga tuh.”

Pada suatu malam mereka berencana untuk keluar bareng. Dan di pilih lah tempat makan Solaria di salah satu Mall sebagai tempat nongkrong sekalian saling sharing tentang buku yang akan mereka buat.

“gimana proses buku yang mau kamu buat, sudah berjalan berapa lembar?” Tanya Elsa.
“masih belum sempat buat nulis, masih fokus sama materi yang akan di tulis karna sebuah buku itu harus memiliki unsur instrintik yang mendalam dan panjang, jadi gak sesimple cerpen,” keluh Reno.
“iya juga sih!!! Aku dulu juga udah sempet buat tapi hanya sampai beberapa puluh lembar aja soalnya aku gak kuat, sumpah buntu rasanya gak ada inspirasi,” ujar Elsa mengeluh.
“hm!!! Oia boleh tanya sesuatu ngak?”
“Tanya apa?”
“kenapa kamu tidak memiliki pacar?”
“tidak apa, hanya saja aku merasa malas untuk pacaran lagi. Cinta telah mengajarkan ku akan sakit hati.”
“hm… begitu ya!! Maaf kalo pertanyaan ku itu membuat merasa terganggu”
“it’s ok!! Tidak masalah.”
Sesaat suasana menjadi hening, hingga akhirnya Elsa membuka suara lagi.

“aku merasa takut untuk jatuh cinta lagi, karna aku rasa semua cowok itu sama saja, gak ada yang beda.” Ujar Elsa.
“benarkah? Apa kamu berfikir seperti itu? Aku rasa tidak.”
“kenapa tidak?”
“gini ya sa kamu dengerin aku. Tuhan menciptakan manusia itu dengan berbeda-beda, jadi satu sama lain itu tidak sama mereka memiliki sifat dan jalan hidup yang berbeda. So, jangan menganggap kalo semua cowok itu sama, jika mindset pikiran mu seperti terus maka yang akan selalu kamu temui adalah cowok seperti apa yang kamu bayangkan. Memang benar kalo tak perhatiin dominan cowok sekarang ini banyak yang gak baik, tapi percaya deh suatu saat kamu akan temukan seseorang yang baik seperti yang kamu inginkan, kamu hanya perlu percaya akan hal itu,” Ujar Reno memberikan nasehat.
Mendengar  perkataan Reno. Elsa hanya tertunduk terdiam membisu.

Waktu terus berlalu mengukir kisah diantara mereka. Hari demi hari  mereka lewati bersama. Kebersamaan canda dan tawa selalu menghiasi pertemanan mereka. Namun demikian tidak ada rasa ketertarikkan satu sama lain, mereka membuat kesepakatan untuk tidak saling mencintai.

“Oia sebentar lagi kamu ultah ya?” Tanya Elsa.
“bagaimana kamu tau?” Tanya Reno heran.
“haha!! Apa yang gak aku tau tentang kamu.”
“beneran ta? Berani aku tes?”
“hehe, gak kok aku cuma tau dari sosmed mu aja.”
“ciee ketahuan yang sering stalker,” saut Reno PeDe.
“haha, gak juga kok cuma kebetulan aja buka sosmed mu.”

Hari terus berlalu sang waktu membawa hari yang selalu dinanti-nanti Reno akhirnya datang juga, yaitu hari kelahirannya.

“ciee yang besok ultah,” goda Elsa.
“haha, apaan sih perasaan ya biasa aja,” ujar Reno malu-malu.
“oia aku ingin memberikan mu sesuatu?” ujar Elsa.
“apa?” Tanya Reno kepo.
“ada deh!!! Nanti kamu juga tau.”
“oia, nanti malem kamu free apa gak?” Tanya Reno.
“kenapa emangnya?”
“gak apa-apa, Cuma mau ngajak kamu mainnya kalo kamu mau.”
“kemana?”
“kemana aja pokoknya sama kamu aja.”
“gimana kalo nonton aja.” Ujar Elsa.
“boleh juga tuh.”

*Pada malam harinya mereka pergi nonton sesuai dengan janji yang telah mereka sepakati.

“mau nonton apa?” Tanya Reno.
“gimana kalo nonton film horror aja, sepertinya seru.”
“emangnya kamu berani?”
“ya beranilah kalo takut ngapain ngajak nonton itu, atau jangan-jangan kamu yang takut ya,” ejek Elsa.
“enak aja kalo ngomong, oke fix nonton ini. Tak buktiin kalo aku itu berani.”
*Setelah beberapa menit silam jalannya pemutaran film.
“Eehh!! Filmnya kok serem sih.” Elsa mulai merasa takut.
“ya namanya juga film horror mbak bro, ya pastinya serem lah. Kalo mau lucu kamu nonton film spongebob aja, hahaha.” Canda Reno.
“aarrrggg!!!!,” Elsa spontan memeluk Reno yang duduk disebelahnya.
“yeee…. Katanya berani kok malah gini,” ujar Reno.
“gak mau, ayo keluar filmnya serem.” Elsa merasa takut.
“lihat dulu ini lagi bagus, bentar lagi juga udah selesai.”
*setelah selesai nonton Reno hanya bisa tertawa lebar setelah melihat wajah Elsa yang tampak pucat karna ketakutan.”
“haha, lihat wajahmu udah kayak orang kekurangan darah aja.” Ejek Reno.”
“kamu mah gitu, jahat!!!!,” ujar Elsa dengan wajah masam.
“haha, abisnya lucu sih lihatin kamu. Iya deh maaf next time kalo mau nonton lagi kita nonton film yang romantis aja biar kamu gak takut,” lanjut Reno mengejek.
*Elsa hanya terdiam enggan bicara.
“abis ini kemana?” Tanya Elsa.
“ya pulanglah, mau kemana lagi coba?” ujar Reno.
“aku gak mau pulang, aku mau menghabiskan malam ini sama kamu.”
“kenapa gitu?” Tanya Reno heran.
“karna aku mau jadi yang pertama nanti yang ucapin HBD ke kamu.”
“hhmm!!! Begitu ya. Tapi kita mau kemana coba?”
“kita muter-muter aja sambil menghabiskan waktu.”
“baiklah,” Reno hanya bisa menuruti kemauan Elsa.

Malam semakin larut, semilir angin malam perlahan mulai merasuk jiwa.
Reno terus memacu motornya dibawah rindangan langit yang penuh bintang. Hingga pada ahirnya waktu menunjukkan jam 00:00 wib.

“HBD ya Reno. I wish all the best for you. Semoga yang baik selalu menyertaimu.” Tutur Elsa seraya memeluk erat tubuh Reno.
“Iya sa makasi banyak. Kamu berhasil menjadi orang pertama yang mengucapkan HBD ke aku,” ujar Reno dengan membalas pelukkan Elsa.
“ayo pulang, waktu sudah malam,” ajak Reno.
*Tiba-tiba sebelum beranjak pulang ciuman hangat menyentuh Reno.
“aku sayang kamu Reno, pokoknya aku sayang Rinoooooo.” Ujar Elsa dengan nada tinggi.

Malam semakin larut cahaya sang rembulan semakin redup, dinginnya malam membuat mereka enggan berlama-lama berada di tengah dinginnya semilir angin malam. Reno pun mengajak Elsa untuk pulang langsung saja Reno bergegas melajukan motornya untuk mengantarkan Elsa pulang.

*Setibanya dirumah Elsa.

“makasi banyak ya untuk malam yang panjang ini Sa,” tutur Reno dengan sedikit senyuman.
“iya sama-sama ren, aku juga seneng kok. Aku ada satu permintaan ke kamu?”
“apa Sa?” Tanya Reno heran.
“aku ingin nanti kalau aku ulang tahun kamu juga akan melakukan hal yang sama seperti yang aku lakukan!!”
“apa itu harus?”
“iya harus dong biar impas gitu,” Elsa senyum.
“baiklah!! Akan aku kabulkan permintaan mu.” Sahut Reno mantap.
“dan ada satu lagi Ren?”
“apa lagi?”
“kita memang deket tapi kita hanya sebatas teman tidak boleh inginkan yang lebih.”
“kenapa?”
“iya karna aku hanya ingin berteman dengan mu tidak mau yang lebih, cukup kita hanya bersahabat seperti ini sampai seterusnya.”
“baiklah jika itu keinginan mu, aku terima.”

Sejak saat itu mereka berdua sepakat hanya akan menjadi teman dan teman untuk seterusnya. Begitu dekat bagaikan seorang kekasih namun nyatanya mereka hanyalah teman.

*Keesokkan harinya di sekolah.

“Ehh!! Bro, aku lihat akhir-akhir ini kamu semakin deket aja sama Elsa?” Tanya Dimas kepo.
“gak lah bro, aku sama dia Cuma temen aja,” respon Reno santai.
“kenapa ngak kamu pacarin aja dia?”
“haha, gak mungkin lah bro, cowok kayak aku bukan tipenya dia. Dia high class, jadi cowok sederhana kayak aku gak akan ada tempat dihatinya.”
“yahh!! Cemen kamu bro masak gitu aja udah nyerah kejar dong kalo kamu emang suka,” Dimas mencoba menyemangati Reno.
“gak usah lah bro, kita udah buat kesepakatan kalo kita hanya akan jadi teman tidak lebih.”
Mendengar perkataan Reno, Dimas hanya terdiam membisu tanpa berkomentar apapun.

Rotasi dunia terus berputar seperti hal nya persahabatan mereka. berlalu seiring terbit dan terbenamnya sang matahari. Waktu demi waktu mereka lalui bersama, berbagi kisah duka canda dan tawa. Hingga pada akhirnya sesuatu yang tak pernah terbayangkan oleh Reno pun terjadi. Elsa telah jatuh cinta kepadanya……

Hari mulai sore, Reno baru saja tiba dirumahnya setelah selesai hang-out bersama teman-temannya. Reno berbaring diatas ranjangnya untuk melepaskan rasa penak seraya memainkan ponsel yang di genggamannya, lalu Reno mengubah departure picture di salah satu sosmednya. Sesaat kemudian ponselnya pun berdiring….

“Ggrrr…. Ggrrr….” Ponsel Reno bergetar. Langsung saja Reno bergegas untuk membuka pesan tersebut, setelah di buka ternyata pesan itu dari Elsa.
“itu foto kamu sama siapa?” Tanya Elsa sinis.
“itu cuma temen ku aja tadi kita jalan bareng.”
“berdua aja?”
“gak kok, sama temen yang lain juuga. Kenapa Sa?
“gak apa-apa, hanya gak suka aja ngelihatnya.”
“loh!! Emang kenapa coba?”
“kamu itu jadi cowok yang peka dong aku itu cemburu lihat fotomu sama cewek lain,” ujar Elsa dengan jengkel.
“Loh!! Kamu kenapa? Kok cemburu padahal kan kita Cuma teman?” ujar Reno dengan tanya besar di benaknya.
“kamu itu yang peka aku ini sayang sama kamu.”
“iya aku tau kamu sayang aku, tapikan itu hanya sebagai teman kan. Aku juga sayang kamu kok sa, hahaha!!” canda Reno untuk mencairkan suasana. Namun Elsa tidak menjawab pesan Reno lagi. Lama menunggu namun balasan dari Elsa tak kunjung datang. Reno hanya bisa menarik nafas seraya berfikir keras mencari jawaban atas apa yang telah Elsa katakana padanya.

Hari telah pagi, sang mentari mulai menampakkan senyumnya, tampak seorang cowok sedang sibuk mencari sesosok perempuan yang tidak bisa membuat tidurnya tenang semalam.

“maaf mengganggu!! Apa pagi ini kamu melihat Elsa?” tanya Reno ke teman Elsa.
“tidak mas, sepertinya hari ini Elsa tidak masuk.”
“kalo boleh tau kenapa dia tidak masuk?”
 “dia lagi sakit mas.”
“sakit!! Baiklah terima kasih buat infonya.”

*Sore harinya.
hati Reno gelisah tak menentu, pikirannya selalu tertuju tentang Elsa, akhirnya dia memberanikan diri untuk menanyakkan kabar Elsa.

“hari ini aku tidak melihat mu di sekolah, kamu sakit?”
“bagaimana kamu tau?”
“aku tadi mampir ke kelasmu lalu aku tanya ke temenmu, mereka bilang kamu sakit.”
“iya hari aku tidak sekolah kurang enak badan.”
“lalu bagaimana keadaanmu sekarang?”
“aku sudah baikkan kok tenang saja.”
“apa benar kamu  sudah baikkan?”
“iya aku baik kok, kenapa?”
“tidak apa!! Kalo kamu merasa baik bisa gak nanti kamu temuin aku di tempat biasanya kita nongkrong bareng?”
“ada apa?”
“ada sesuatu penting yang ingin aku katakan ke kamu?”
“sepertinya penting!! Baiklah aku usahain, jam berapa?”
“nanti malam jam 8.”
“okelah  nanti malam jam 8.”
Sinar matahari mulai redup, perlahan-lahan mulai menghilang di telan bumi. Malam yang di tunggu pun telah datang. Terlihat Reno sedang gelisah menunggu seseorang yang sedang ia tunggu sedari tadi.

“nungguin ya mas!!” tutur Elsa yang datang secara tiba-tiba.
“uhh!!! Kamu ya!! Mesti kalo datang ngagetin udah kayak hantu tauk,” ujar kesal Reno.
“hahaha, maaf Cuma iseng lo jangan marah ya,” goda Elsa. Namun Reno hanya terdiam tanpa ekspresi.
“yah dia ngambek, jangan marah nanti cepat tua lo kamu, hahaha.” Goda Elsa lagi.
“terus aja ngibulin udah tau datangnya telat juga,” ujar Reno jutek.
“hehe, iyadeh maaf aku telat. Udah lama nunggunya.” ujar Elsa meminta maaf.
“gak juga baru dateng kok, paling Cuma sejam berlalu. Ujar Reno jutek.
“iya maaf deh, udah dong jangan ngambek gitu.”
“hahaha, wajahmu lucu kalo lagi memohon gitu,” ujar Reno balik menggoda.
“hhmm…. Sialan kamu Ren,” Elsa cemberut.
“oia gimana keadaan kamu? Apa sudah membaik?”

“alhamdulilla aku sudah baikkan kok ren!! Oia, ada apa kamu ngajak aku ketemu disini?”
“tidak apa kok aku Cuma kangen aja sama kamu.”
“halah… gombal aja kerjaan mu ren.”
“kalo serius gimana?”
“udah lah jangan bercanda terus, ada perlu apa kamu ngajak aku kesini?”
“aku ingin bertanya sesuatu hal yang penting ke kamu.”
“hal apa?”
“apa maksud kata-katamu waktu itu,” tanya Reno serius.
“kataku yang mana?” Elsa berbalik tanya.
“katamu yang kamu bilang kamu sayang sama aku dan kamu menyuruh ku untuk peka. Apa maksud dengan semua itu.” Ujar reno meminta penjelasan.
“sudalah lupakan saja, itu bukan sesuatu yang penting untuk kamu pikirkan.”
Reno menarik tangan Elsa dan menatap matanya dengan tajam.
“jika itu penting bagiku apa kamu juga tidak akan menjelaskannya padaku? Please….. sa!!! Jelaskan semua ini, hal ini membuat tidur ku tidak tenang.”
Elsa terdiam sejenak, dia menatap lirih Reno yang tampaknya bersungguh-sungguh ingin tau sesuatu yang di sembunyikan Elsa dari Reno.
dengan menarik nafas perlahan Elsa mulai membuka suara.
“maafkan aku Reno,” ujar Elsa dengan wajah tertunduk.
“maaf untuk apa?” tanya Reno tak mengerti.
“aa……ku!!!” tutur Elsa dengan kaku seakan bibir manisnya terasa seperti terkunci.
“aku apa?” tanya Reno.
“aa…kuu, a..kuu,” Elsa terdiam.
“aku apa sa? Bilang aja jangan membuat ku semakin bingung.”
“aku gak bisa ren, aku gak bisa.”
“gak bisa kenapa sa, kamu hanya perlu katakan apa yang ingin kamu katakan sudah itu aja.”
“aku gak bisa ren, aku gak bisa bilang kalo aku itu suka sama kamu!!!.” ujar Elsa keceplosan.
“apa kamu bilang tadi!! Kamu suka aku?” Reno kaget.
“iya!!!! Aku telah jatuh hati padamu ren,” tutur Elsa dengan tertunduk malu.
“hahaha,” Reno tertawa lebar.
“kamu kok malah ketawa sih!! Nyebelin deh,” tutur Elsa dengan wajah masam.
“hehe, maaf deh sa abisnya kamu lucu, hahaha.” Reno kembali tertawa, namun Elsa hanya terdiam.
“apa yang barusan kamu katakan itu serius?” tanya Reno untuk meyakinkan.
“entalah!!! Aku tidak mengerti dengan semua ini. Diawal masih bisa ku kendalikan semua. Bukankah sudah ku bilang aku sedikit anti dengan cinta tapi kehadiran mu membuat ku mematahkan aturan yang ku buat sendiri. Telah ku sibukkan diriku dengan berbagai hal tapi nama mu yang selalu  ku temui di menit sebelum aku tertidur. Ku akui kamu berhasil menaklukkan hatiku oleh mu yang sampai saat ini masih misteri. Tapi aku sudah siap menerima semua konsekuensi ini sebuah realita yang belum pernah kurencanakan sebelumnya. Ini tentang rasa yang akupun sendiri tak mengerti bagaimana realita ini akan tuntas. Hanya maaf yang bisa aku katakana. MAAFKAN AKU TELAH JATUH HATI PADAMU!!!!”

Mendengar perkataan Elsa yang menuh dengan arti membuat Reno termenung dia menatap tajam
kearah wanita yang sepertinya begitu serius menyampaikan perasaannya.

“aku sudah belajar untuk tidak egois. Perhatianku yang dulu untuk diriku sendiri kini telah ku bagi dengan mu. Kini aku sadar  kita sudah berjalan berlawanan arah. Aku memang menulis skenario ku sendiri tapi Tuhan lah yang merestuinya. Frasa yang ku pakai pun belum tentu bisa ku terjemahkan sendiri untuk mu yang selalu ku sebutkan dalam doa. TERIMA KASIH TELAH BERHASIL MEMBUAT KU JATUH CINTA!!!!” lanjut tutur Elsa.
Dalam sekejap mata Reno menarik tangan Elsa dan memeluknya dengan erat seraya berkata:
“sudah hentikan puisi indahmu, hal itu membuat ku tak berdaya berdiri dihadapan mu. Sudah!!! Hentikan tangis mu AKU DISINI UNTUK MU…………..”


Cinta itu memang sulit untuk di mengerti banyak hal yang terjadi di dalamnya. Oleh karna itu dibutuhkan orang-orang yang dewasa untuk bisa memahaminya. Satu hal yang perlu disadari bahwa cinta itu tidak hanya bercerita tentang rasa bahagia namun cinta juga bercerita tentang rasa kecewa. Jadi ketika kita merasakan pahitnya cinta jangan jadikan itu alasan untuk menjadi pribadi yang lemah, namun sakitnya cinta mengajarkan kita tentang arti kekuatan dalam menjalani hidup ini.
̴Sekian!!!!


By: Riyan Autogenestic.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar