Minggu, 06 April 2014

Management Logica


Hidup adalah sebuah perjalanan. Yang ujung dari perjalanan itu sendiri adalah kematian. Entah kapan kematian itu akan datang? Tak ada satu orangpun yang tau akan hal itu. Namun yang pasti, cepat atau lambat  kematian itu pasti datang kepada kita. Dan disaat itu pula, perjalanan kita didunia ini terhenti. Sebuah kisah hanya akan menjadi sejarah yang akan dikenang disetiap generasi yang ada.

Hidup adalah sebuah cerita, namun skenario yang dibuat bukanlah manusia, melainkan Dialah Tuhan kita. Tuhan sang pencipta atas langit dan bumi beserta isinya.
tangis, tawa, duka, ceria, derita, bahagia dan semua yang terjadi dalam hdiup kita dalah takdir dari-Nya.

Hidup bagaikan sebuah roda yang sedang berputar. Kadang kita berada di atas dan kadang kita berada di bawah. Saat berada di atas, terkadang kita lupa pada-Nya, kita sibuk dengan kesenangan yang kita dapat dari-Nya. Tidak bersyukur atas kenikmatan yang telah Dia berikan, kita malah melupakannya. Oleh karna itum ada kalanya kita berada di bawah. Agar kita bisa mengingat-Nya, bahwa segala yang terjadi pada kita, itu semata-mata adalah atas izin kuasanya. Disaat Tuhan menimpakan suatu cobaan atau musibah kepada kita.percayalah disaat itu pula, Tuhan menguji kita. Tuhan ingin tau seberap besar iman dan cinta kita terhadap-Nya. Oleh karna itu, hadapi cobaan dan musibah itu dengan senyuman. Pasrahkan semuanya pada-Nya. Insyaallah semuanya akan indah seperti apa yang di janjikan-Nya pada kita.

Namun tak banyak pula dari kita (manusia) yang mau mengingat-Nya disaat kita berada di bawah. Ada sebagian atau mungkin kebanyakkan orang menyalahkan-Nya disaat kita berada di bawah. Bukannya istifar saat kita terjatuh? Malah mengeluarkan kata-kata yang tak semestinya untuk di ungkapkan. Itulah bedanya orang yang beriman dan tidak beriman kepada-Nya.
Orang beriman akan selalu berlapang dada dan bersyukur atas apa yang terjadi pada dirinya. Karna dia tahu? Tuhan mempunyai rencana yang lebih baik dari apa yang sedang di terimanya. Sedangkan, orang yang tidak beriman hanya akan bermain dengan amarahnya, mengikuti hawa syetan yang menyelimuti hatinya, tanpa pernah mau menyadari bahwa sesungguhnya yang telah terjadi padanya adalah semata-mata menguji keimanannya terhadap-Nya.

Oleh karna itu , dari catatan kecil ini. Saya pribadi ingin mengajak anda semua untuk lebih cerdas dalam menggunakan akan pikiran (logica) kita.
Tuhan memberikan akal pikiran kepada kita, supaya kita mau berfikir dan dapat memilih mana yang baik dan mana yang buruk. Namun di jaamn sekarang ini, mayoritas orang lebih banyak menggunakan emosi dari pada logika mereka masing-masing. Contohnya seperti ini, saya ambil dari kaum remaja. Disaat kita ada satu konflik atau masalah dengan teman kita, kita biasa menyelesaikan dengan cara emosioanal tanpa pernah memikirkan apa yang terjadi setelahnya. Jika kita menyelesaikan masalah tersebut dengan amarah yang ada nantinya adalah sebuah pertengkaran yang berhujung luka? Bahkan bisa sampai kematian. Jika hal hal tersebut terjadi apa kita akan merasa bangga dengan diri kita? Apa kita akan merasa keluar sebagai pemenang? Jawabannya tidak. Yang ada hanyalah sebuah rasa menyesalan yang tak berarti. Kenapa saya bilang tak berarti. Karna semua tak’kan kembali seperti sedia kala semua telah terjadi. Meskipun anda menangis, meminta maaf sampai nangis darahpun, semua tak akan mengubah kenyataan yang telah terjadi.

Beda halnya dengan mereka yang menggunakan akal sehat kita. Disaat kita ada masalah dengan orang lain. Orang tersebut lebih memilih diam dan menyelesaikan dengan cara baik-baik, tidak menggunakan emosi (kekerasan).
karna dia menyadari. Tuhan memberikan masalah padanya pasti Tuhan juga akan memberikan jalan keluarnya, asalkan semua di selesaikan dengan hati dan akal yang dingin.
beda lagi dengan mereka yang menyelesaikan masalah dengan emosi (kekerasan) disaat anda menyelesaikan masalah dengan kekerasan. Apa anda berfikir anda seorang jagoan? Apa hal tersebut bisa menyelesaikan masalah? Jawabannya tidak. Menyelesaikab masalah dengan emosi (kekerasan) bukanlah cara penyelesain. Namun menambah maslah. Bayangkan jika orang yang anda aniaya itu luka-luka, atau meninggal. Apa masalah selesai? Jawabannya tidak. Karna setelah itu ada akan berurusan dengan polisi dan dengan sejuta pasal atau tuntutan yang ada, yang akan membuat diri anda menekam di penjara? Apa anda memikirkan hal itu sebelum anda melakukan penyelesain tsb?

Maka dari itu, kita harus bisa meenjadi orang yang Management by anticipation. Melakukan antisipasi sebelum kejadian, jangan menjadi orang yang Management by accident. Berantisipasi setelah terjadi, itu adalah hal yang sangat sia-sia. Harus selalu kita ingat dan disadari, bahwa rasa penyesalan itu selalu datang terlambat atau di belakang. Kita bisa saja mencegah rasa penyesalan itu, apabila kita mau menggunakan akal pikiran kita dengan sebaik-baiknya. Berfikir sebelum bertindak, itulah kuncinya.
Tuhan memberikan akal kepada kita (manusia) yang tak diberikan oleh Tuhan pada mkhluk lainnya. Seharusnya kita bersyukur akan hal itu, dan menggunakan akal kita sebaik-baiknya seperti apa yang di kehendaki oleh Tuhan kita. Oleh karna itu mari kita sikapi setiap masalah denngan hati yang tenang dan akal pikiran yang tenang. Agar terjalin suatu hubungan yang harmonis antar sesama. Karna sesungguhnya Rasulullah cinta akan kedamaian, dan beliau juga mengajurkan kepada kita untuk selalu menaburkan rasa kasih sayang kepada setiap manusia, terlebih sesama kaum muslimin.

Demikian yang bisa saya bagi buat semuannya. Mohon maaf atas segala kekurangan yang ada. Harapan dari saya. Semoga kita bisa menjadi manusia yang bisa memanage akal pikiran kita dengan baik, agar terjalin hubungan yang baik pula. Yang akan membuat hidup kita lebih nyaman, damai, tentram tanpa ada kekerasan. Sesungguhnya kebersamaan itu indah.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar